Add caption |
Setelah hampir 8 hari terjadi demonstrasi yang tak kunjung usai, sejak 2 Februari 2011 silam telah muncul kubu pro Mubarak. Rakyat pun kini terpecah belah.
Massa pro Mubarak muncul ketika presiden yang telah berkuasa selama tiga dekade tersebut menolak turun dari kursi pemerintahannya.
Beliau hanya menjanjikan tidak akan mencalonkan diri lagi pada pemilu September mendatang. Mereka keluar dalam jumlah yang besar dan menuntut para demonstran untuk mengakhiri aksinya.
Kerusuhan ini terjadi hanya beberapa jam setelah Juru Bicara Militer meminta kepada demonstran untuk membubarkan diri.
Bentrokan antara dua kubu berlangsung sengit. Masyarakat berkudeta, yang bersenjatakan kayu dan batu, harus berhadapan dengan kubu pihak Mubarak yang membawa bom molotov, blok beton, tongkat, bertunggangkan kuda dan unta.
Bahkan diduga membawa pisau dan senjata tajam lainnya karena menurut beberapa saksi mata terdengar letusan senjata tajam di sela-sela bentrok. Seperti dilansir Sidney Morning, diperkirakan tiga orang demonstran tewas karena terjangan peluru tajam.
Add caption |
Usut punya usut ternyata beberapa fakta membuktikan bahwa kubu pro Mubarak diisi oleh sejumlah aparat keamanan yang berbaju preman. Hal ini diketahui ketika beberapa dari kubu pro pemerintah berhasil ditahan dan digeledah oleh massa. Dari kartu pengenal mereka diketahui bahwa mereka adalah anggota dari kepolisian setempat.
Preman-preman itu dikabarkan sengaja dibayar oleh pemerintah untuk memecah belah dan menakut-nakuti rakyat. Beberapa anggota kubu pro pemerintah juga diduga berasal dari Partai Demokratik Nasional, partainya Mubarak.
Tak hanya batu dan hujan bom molotov dari atap gedung, dalam bentrokan yang berlangsung selama 12 jam tersebut juga disusupi oleh sejumlah sniper, beberapa orang yang sudah terlatih untuk berkemampuan membunuh musuh secara tersembunyi dari jarak jauh dengan menggunakan senapan.
Kubu pro Mubarak tidak hanya berperang dengan masyarakat yang mengkudeta pemerintahan, namun juga menganiaya sejumlah wartawan, baik jurnalist lokal maupun asing.
Seperti beberapa wartawan Mesir, jurnalis Belgia, BBC, ABC News dan CNN. Juru tulis ini dipukuli dan dituduh sebagai mata-mata. Jelas saja masalah ini cukup menghentak dunia. Kelompok jurnalis internasional menduga bahwa orang-orang yang menganiaya wartawan ini dikendarai oleh sang presiden, Mubarak.
“Pemerintah Mesir sedang berupaya melakukan strategi untuk menghilangkan kesaksian atas tindakan mereka. Serangan kepada wartawan adalah salah satu cara untuk mengintimidasi pemberitaan.” ujar Coordinator Commite to Protect Jornalists wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, Mohamed Abdel Dayem.
Add caption |
Saat ini saya hanya peduli dengan negara saya, saya hanya menaruh perhatian pada Mesir. Saya sangat sedih dengan apa yang terjadi kemarin. Saya tidak ingin lagi melihat rakyat saya terlibat dalam perkelahian” ujar Mubarak.
Presiden Mesir Hosni Mubarak juga menyampaikan kesediaannya untuk segera menyerahkan jabatannya tetapi khawatir tindakannya itu nanti akan memicu kekacauan di negaranya.
Semoga saja hal ini bukan hanya statement belaka. Semoga Mubarak benar-benar terbuka matanya dan merelakan tahtanya demi keinginan rakyat.
Sumber : www.metrotainment.net
No comments:
Post a Comment